Berdasarkan Undang-undang Lingkungan Hidup
seperti yang tertuang pada UULH No. 4 Tahun 1982 telah jelas dinyatakan bahwa
pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan terencana dalam
menggunakan dan mengelola sumber daya alam secara bijaksana untuk pembangunan
berkesinambungan dalam meningkatkan mutu hidup. Ungkapan ini memberikan
penegasan bahwa konsepsi pembangunan berwawasan lingkungan merupakan
pembangunan yang memanfaatkan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Dalam hubungan dengan konservasi ini maka
prinsip pembangunan seharusnya bertumpu pada tiga sendi lingkungan yang
harmonis yakni:
a.
Dalam membangun tetap berlandaskan
terpeliharanya sumber daya alam secara lestari.
b.
Keanekaragaman hayati, khususnya plasma
nutfah harus dapat tetap terpelihara dengan baik.
c.
Proses pembangunan bertumpu pada upaya
memelihara proses ekologis.
Ketiga hal inilah yang seharusnya menjadi
landasan dalam penanganan limbah atau polutan. Bila dikaji lebih mendalam
tampak jelas bahwa limbah yang banyak menganggu lingkungan kerja di negara kita
adalah polusi udara, air, makanan dan kebisingan. Di samping itu dikenal pula
polusi udara disebabkan adanya senyawa kimia yang larut dalam udara atau adanya
partikel yang terbawa udara yang mengalami akumulasi sehingga melebihi ambang
batasnya.
Polusi air terjadi mirip pada polusi udara
hanya saja polutannya yang larut dalam air, sehingga air menjadi berubah warna,
berbau dan berubah rasanya. Senyawa yang larut dalam air antara lain pestisida,
detergen, senyawa air raksa dan sebagainya.
Kebutuhan air bersih merupakan bagian yang
tak teroisahkan dari hidup dan kehidupan makhluk di dunia. Oleh sebab itu
kebutuhan air bersih yang memenuhi jumlah dan kualitas perlu mendapatkan
perhatian, khususnya dalam menangani limbah pada air. Tujuannya adalah agar air
dapat diperoleh secara mudah, murah dan mencukupi bagi hidup dan kehidupan
manusia.
Polusi makanan akibat dari penggunaan bahan
adiktif, pewarna, pengawet dan sebagainya yang pada akhirnya menjadi racun pada
makanan dan berbahaya bila dikonsumsi oleh manusia. Oleh sebab itu pengawasan
terhadap produk makanan oleh balai penelitian obat dan makanan (POM) perlu
lebih digalakkan. Tujuannya adalah agar masyarakat, khususnya rakyat yang
kurang mampu dapat dilindungi dari makanan yang memuat bahan pencemar.
Polusi akibat kebisingan merupakan gangguan
dari limbah energi bunyi. Kebisingan dapat mengganggu suasana kerja di kantor,
lebih-lebih pada saat percakapan berlangsung, atau gangguan kenyamanan pada saat
istirahat, kenyamanan tidur dan sebagainya.
Polusi pada tanah terjadi akibat limbah
organik dan anorganik yang tak dapat dihancurkan di dalam tanah. Sampah dari
bahan gelas, plastik, karet, kain dan sebagainya sulit diuraikan dalam tanah
sehingga sifat tanah menjadi berubah dan kurang subur manakala ditanami
tanaman. Dalam tempo yang sangat lama bahan limbah padat tersebut akan
mengganggu kehidupan di dalam tanah.
Dalam suatu daerah yang beresiko menghasilkan
polusi udara, tanah, air dan kebisingan akibat energi bunyi, maka perlu langkah
identifikasi sumber polutan tersebut. Dari sumber polutan yang dihasilkan oleh
penduduk diperlukan analisis mengenai dampak negatif terhadap makhluk hidup di
lingkungan tersebut.
Dalam kajian sumber polutan ini pada umumnya
mencakup kajian tentang mesin yang digunakan dan dapat menimbulkan polusi.
Misalnya: dalam proses produksi dari suatu industri, dapat dijumpai berbagai
sumber limbah yang mengganggu. Sumber limbah dapat berasal dari bahan baku yang
digunakan, limbah yang dibuang di lingkungan sekitar, limbah berupa sumber
bunyi yang berasal dari mesin industri, arus lalu lintas yang tak diatur dengan
baik.
Sumber bunyi dapat berasal dari pekerja,
masyarakat sekitar dan sebagainya. Dampak kerusakan lingkungan dari berbagai
sumber polusi tersebut perlu dilakukan analisis secara mendalam yang melibatkan
berbagai pihak. Tujuannya adalah agar masyarakat terhindar dari gangguan limbah
tersebut. Misalya untuk gangguan kebisingan upaya untuk mengurangi turbulensi
udara yang ditimbulkan oleh mesin sehingga bila mesin beroperasi suara dapat
dikurangi intensitas sampai sekecil-kecilnya. Dampak mesin yang beroperasi juga
dapat menghasilkan polusi udara di lingkungan sekitar industri.
Untuk mengatasi polusi semacam getaran yang
dihasilkan oleh mesin pabrik dan kendaraan perlu diupayakan dengan pengaturan
jam kerja bagi karyawan, pengaturan pembuangan limbah padat, cair dan gas
dengan pemrosesan lebih lanjut sebelum dibuang ke lingkungan sekitar. Dengan
demikian dapat diupayakan munculnya gangguan polusi seminimal mungkin.
Langkah yang ditempuh antara lain dengan
membatasi jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi. Mesin industri yang
bekerja telah diperhitungkan dan dibatasi jumlahnya sehingga tak menghasilkan
polusi. Pada gangguan kebisingan akibat bunyi telah ada perancangan instalasi
peredam bunyi, menggunakan instalasi atau peralatan dengan tingkat kebisingan
yang rendah dan menjaga agar arus lalu lintas lancar dan terhindar dari
kemacetan dan sebagainya.
A. Cara Penanganan Limbah berdasar Penyebabnya
Cara Penanganan limbah menjadi lembut untuk
dijadikan bahan dasar baru Limbah pupuk Sisa bahan organik yang tak larut dalam
tanah akibat pemupukan batasi pemakaian, perlu digunakan pupuk kompos atau
pupuk organis yang mudah dilarutkan dalam tanah akibat proses alami. 4
kebisingan Sumber bunyi mesin pabrik, kendaraan bermotor, aliran gas Bunyi yang
intensitas tinggi secara terus menerus
a.
secara masal gunakan perintang dan penyerap
bunyi sehingga bunyi dapat diredam.
b.
Cara preventif dengan memilih mesin atau
peralatan yang memiliki produk kebisingan yang rendah.
c.
Kuratif: Gunakan pelindung terhadap
kebisingan saat berada di tempat yang bising
B. Upaya memperoleh Air Bersih
Masalah air bersih juga perlu mendapatkan
perhatian, karena sebagian besar kebutuhan hidup kita berupa air bersih. Dengan
2 kg air bersih manusia diduga mampu bertahan hidup kurang lebih 2 hari. Dalam
kehidupan sehari-hari, kebutuhan air sampai saat ini masih dapat dicukupi oleh
bumi kita. Jumlah air tawar yang tersimpan di bumi kita relatif kecil bila
dibandingkan dengan jumlah air yang ada di lautan.
Namun demikian air dan seluruh kehidupan di
bumi ini membentuk ekosistem yang sangat ramah sehingga kehidupan di muka bumi
dapat berlangsung dengan baik. Air tawar sangat dibutuhkan oleh manusia baik
untuk hidup maupun kehidupannya. Sejarah padat penduduk dan sulitnya kehidupan
di kota menjadi bukti bahwa pemukiman manusia selalu berkembang. Awalnya
manusia merintis pemukiman kecil, selanjutnya menjadi lebih besar hingga
terciptalah lingkungan desa.
Dari beberapa desa menjadi kota telah banyak
dirintis oleh para raja jaman dahulu. Hal ini ditandai dengan munculnya
berbagai kerajaan pada kota-kota besar. Misalnya di Jawa dikenal kerajaan
Mataram hindu, kerajaan Kediri, Jenggala, Majapahit, Singosari, Demak, Pajang
hingga Mataram Islam yang berlangsung hingga sekarang ini. Di Sumatera
berkembang kerajaan Sriwijaya, Samodera Pasai.
Di Sulawesi kerajaan Bugis dan sebagainya.
Rintisan para raja inilah menumbuhkan tumbuhnya pemukiman di berbagai kota
besar di Indonesia. Dengan pertumbuhan kota-kota besar yang pesat sampai saat
ini kebutuhan lahan untuk pemukiman selalu identik dengan upaya untuk
menyediakan air tawar bagi penduduknya. Banyak bukti sejarah yang menunjukkan
bahwa pemukiman penduduk banyak dibangun di sepanjang daerah aliran sungai.
1)
Siklus Air
Tawar di Bumi
Kemajuan teknologi eksplorasi air sejalan
dengan kebutuhan manusia akan air. Pertambahan jumlah populasi manusia menuntut
tersedianya air tawar yang cukup. Air tawar dipergunakan oleh manusia untuk
berbagai kebutuhan di antaranya untuk air minum; mencuci, pertanian, perikanan
dan perindustrian.
Berbagai ragam dan jenis upaya untuk
mendapatkan air tawar yang bersih antara lain dilakukan eksplorasi dengan cara
mengebor air tanah atau menggali tanah sampai dalam sehingga didapat air,
proses destilasi, dan penguapan air laut. Siklus air tawar di suatu daerah erat
hubungannya dengan siklus air di bumi.
Matahari menghasilkan energi surya, oleh tumbuhan
dimanfaatkan membantu asimilasi sehingga tanaman dapat hidup. Di permukaan air
laut, danau atau sumber air lainnya terjadi penguapaan akibat terkena sinar
mayahari. Akibat proses penguapan dan berbagai peristiwa di bumi ini uap air
dapat menjadi lebih ringan, karena massa jenisnya semakin kecil sehingga dapat
naik ke angkasa. Sesampainya di angkasa menjadi gumpalan awan yang semakin
tebal, dan dengan proses alami awan akan menjadi hujan. Hujan membawa air ke
permukakan tanah menjadi air tanah, untuk keperluan hidup makhluk di muka bumi
ini. Air tawar yang tersedia di bumi ini dapat diperoleh di daerah aliran
sungai, danau, sumber/mata air sumur dan air tanah yang diekplorasi.
Untuk mencukupi kebutuhan akan air tanah
perlu dilakukan upaya-upaya dalam hal:
a.
pengawetan sumber mata air yang telah
didapat, bila mungkin setiap rumah tangga membuat resapan air hujan agar
ketersediaan sumber air dapat lestari.
b.
Menemukan sumber air tawar dan mengekploitasi
untuk keperluan hidup dan kehidupan
2)
Air Tanah
Untuk memperoleh air tanah ini dengan
melakukan penggalian atau pengeboran tanah. Kedalaman menggali dan mengebor
tanah sangat bergantung pada struktur tanah setempat. Dengan terbentuknya awan
dari titik-titik air dan proses pengembunan dan titik air tersebut bergabung
terjadilah hujan. Hujan ini mengakibatkan tanah menjadi basah dan meresap ke
dalam permukaan tanah dan sebagian yang lain masuk ke saluran dan akhirnya
masuk sungai. Lewat cara demikian ini maka di dalam tanah terdapat cadangan air
yang sangat banyak. Cadangan air dalam tanah inilah yang memberikan kesempatan
kepada kita untuk memperoleh air bersih dengan cara menggalinya.
Ada kalanya dengan menggali sebentar telah
diperoleh sumber mata air, namun ada kalanya harus dikerjakan berhari-hari baru
diperoleh sumber mata air. Dengan diperolehnya batuan yang kedap air, hal ini
merupakan faktor yang penting bagi diperolehnya air tanah yang dapat disimpan.
Penggalian sumur dapat diupayakan mencapai zona air jenuh sehingga air tanah
dapat tertampung. Zona air jenuh merupakan daerah yang pori-pori tanahnya
menyimpan air melebihi daya tampungnya.
Zona air terbuka merupakan daerah yang
pori-porinya belum jenuh dengan air. Sumur artesis merupakan sumur yang dapat
memancarkan air secara langsung. Sumur ini dibuat pada daerah cekungan yang
struktur cadangannya melengkung. Dengan menggali pada daerah cekungan ini akan
diperoleh air yang dapat memancar ke luar.
Sumur artesis terbentuk bila pada saat
menggali berada pada daerah yang cekung/rendah dan penggalian lapisan tanah
mencapai daerah akuiver yang jenuh dengan air. Untuk menemukan sumber air dalam
tanah diperlukan penguasaan ilmu tentang struktur bumi dan lapisan-lapisannya.
3)
Upaya mengubah air laut menjadi air tawar
Di berbagai Negara yang sulit mendapatkan air
dengan cara mengebor atau menggali sumur, cara yang ditempuh adalah mengubah
air laut menjadi air tawar. Jumlah air laut di dunia ini jauh lebih banyak dari
pada air tawar yang tersedia di daratan. Di beberapa kota di Indonesia, karena
penduduknya telah padat, misalnya penduduk yang berada di pinggiran pantai
utara, misalnya daerah Jakarta air sumur yang digunakan telah ada sebagaian
yang tercemar dengan air laut.
Kejadian ini disebabkan penggunaan air tawar
yang sangat banyak, dan dieksplorasi dengan besar-besaran
maka di daratan menjadi kekurangan cadangan air. Dengan sifat air yang mudah
berpindah tempat ini maka muncullah gerakan air laut menuju darat yang disebut
gejala abrasi. Tentu saja air yang dijadikan konsumsi minum bagi sebagian
penduduk menjadi kurang sehat.
Karena mengandung banyak garam. Senyampang
dengan kebutuhan akan air bagi hidup dan kehidupan manusia maka upaya yang saat
ini digalakkan adalah pengubahan air laut menjadi air tawar. Proses pengubahan
yang telah banyak dilakukan di berbagai Negara, khususnya Negara yang
kekurangan air adalah dengan menggunakan proses biologi, fisika dan kimia air
laut.
Dari segi fisika pemanasan dan kondensasi
merupakan cara termudah untuk dilakukan. Melalui prinsip fisika yakni dengan
pemanasan pada suhu 100oC dan tekanan 76 cm Hg maka air akan menguap, hasil
penguapan ini kemudian dikondensasikan akan diperoleh air tawar yang siap
diminum. Pemanasan dalam jumlah yang banyak tentu membutuhkan energi yang amat
banyak pula.
C. Bencana Alam
Dalam kenyataan hidup sehari-hari peristiwa
di bumi dapat dikaji dari sumber penyebabnya. Ada dua sumber penyebab yang
berkaitan dengan asal usulnya, yakni adanya gaya endogen dan gaya eksogen. Gaya
endogen adalah gaya yang berasal dari dalam bumi itu sendiri. Misalnya: gejala
gempa bumi, erupsi gunung berapi, tanah longsor, tsunami di lautan, tanah dan
batuan yang retak, lapisan tanah terbelah dan sebagainya.
Dalam upaya menanggapi gejala alam di bumi
kita ini para ilmuwan berpendapat bahwa bumi kita tidak statis, bersifat
dinamis sejalan hukum kesimbangan alam. Setiap gejala bumi akan selalu berupaya
untuk mendapatkan keseimbangan baru yang lebih baik. Misalnya: di satu sisi
bencana alam berupa gempa bumi memberikan peluang hancurnya sarana prasarana
penduduk, terdapat kerugian harta benda dan pengorbanan nyawa bagi yang
mengalaminya.
Namun sisi yang lain akan terdapat perubahan
struktur dan susunan lapisan bumi. Lapisan bagian bawah dapat terangkat ke atas
dan lapisan atas berpindah ke bawah dan sebagainya. Gejala ini dalam jangka
panjang akan berguna bagi manusia. Gejala lain di permukaan bumi, misalnya pada
saat erupsi gunung tampak dalam bentuk munculnya asap tebal dari gundukan tanah
(gubung).
Namun di balik peristiwa yang memilukan
akibat gempa, barangkali ada sisi positif yang lain dengan kehendak Allah
pengatur alam semesta ini. Sisi yang lain membuat manusia tambah kreatif aktif
berpikir dan cerdas untuk dapat berusaha mengatasi dan menghindarkan diri dari
bencana tersebut. Lewat kejadian alam yang seringkali tampak menyedihkan
tersebut, manusia bisa melakukan introspeksi dan mengatasi berbagai hal yang
menjadi penghambat dalam hidup dan kehidupannya.
Gaya eksogen adalah gaya yang berasal dari
luar bumi yang dapat mengubah keadaan di permukaan bumi. Misalnya: terjadinya
erosi karena banjir, angin puting beliung, sedimentasi, gejala akibat perbahan
iklim/ciaca, pelapukan dan sebagainya. Pembahasan gejala yang terjadi di bumi
pada bagian ini lebih ditekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan berbagai benca
alam yang terjadi di bumi.
Bencana alam merupakan rangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh gaya endogen dan gaya eksogen yang mungkin terjadi secara
tiba-tiba atau perlahan-lahan yang dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan di
muka bumi. Akibat gaya endogen yang dapat menyebabkan bencana alam geologis.
Munculnya perubahan cuaca mendadak yang dapat mengakibatkan bencana alam
klimatologis.
Gejala runtuh atau matinya benda angkasa dan
jatuh ke permukaan bumi mengakibatkan bencana alam ekstra terestial. Hal lain
yang berkaitan dengan bencana yang disbabkan oleh ulah atau tindakan manusia
yang mengakibatkan bencana alam erosi air atau angin yang merusak lingkungan
hidup. Kerusakan di muka bumi ini berkaitan dengan perubahan yang mengarah pada
kerugian baik, kematian, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
sebagainya.
Bencana alam dapat terjadi secara
perlahan-lahan atau tiba-tiba. Bencana alam yang umumnya terjadi secara
tiba-tiba antara lain gempa, termasuk gempa tektonik, vulkanis dan robohan,
tsunami, banjir bandang, badai tropis dan letusan gunung berapi serta tanah
lingsor. Bencana-bencana tersebut sulit diantisipasi
terjadinya, karena di Indonesia pada umumnya bersifat tiba-tiba dan sulit
sekali diramalkan sebelumnya.
1. Tsunami.
Bencana alam gelombang pelabuhan mula-mula
dikenal di Jepang, sehingga istilah ini berasal dari penghuni di pantai daratan
Jepang. Istilah tsunami berasal dari bagian frase kata tsu yang diartikan
pelabuhan. Nami artinya gelombang. Jadi tsunami berarti pasang laut yang besar
yang terjadi di pantai atau di pelabuhan. Secara lengkap dedeskripsikan sebagai
gelombang laut periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan spontan pada
medium laut. Penyebab tsunami antara lain gempa bumi yang besar yang sumber
gempanya ada di lautan, erupsi vulkanik atau longsoran/patahan di lautan.
2. Gempa Bumi
Bencana gempa bumi dapat melanda berbagai
tempat, perkantoran, pemukiman penduduk, daerah industri, daerah pesisir dan
daerah rawa-rawa serta daerah-daerah lainnya. Gempa bumi
umumnya terjadi akibat pergerakan batuan kerak bumi di sepanjang daerah
patahan. Akibat pergerakan patahan dan pergerakan lempengan kerak bumi ini
dapat menimbulkan energi.
Jika enegi yang telah terkumpul dalam kerak
bumi melampaui batas kekutanannya terjadilah pelepasan energi secara tiba-tiba.
Gejala semacam ini akan menghasilkan gerakan kerak bumi yang disebut gempa
bumi. Gempa yang dihasilkan oleh peristiwa semacam inilah yang dinamai gempa
tektonik.
Bergetarnya bumi yang disebabkan oleh
gelombang pada bagian atas dan bagian bawah pemukaan bumi dapat menyeabkan
keretakan permukaan, goncangan, dan bila terjadi di tengah laut sering dapat
menghasilkan gejala tsunami, gempa bumi serta tanah longsor. Gempa bumi
mengakibatkan susunan batuan bergeser satu dengan yang lain.
Lewat celah-celah yang ada dalam lapisan bumi
ini magma dapat mengalir ke permukaan bumi higga terjadilah gejala erupsi
gunung.
Badan Meteorologi dan Geofisika dapat
memperkirakan terjadinya gempa bumi, namun saat yang tepat terjadinya gempa
bumi tidak dapat ditetapkan atau diramalkan sebelumnya. Peramalan didasarkan
pada pada pemonitoran aktivitas seismik, pengamatan dan sejarah terjadinya
gempabumi di Indonesia dan kawasan sekitarnya. Selain gempa tektonik, dikenal
juga gempa yang bersumber dari aktivitas gunung berapi.
Gempa yang bersumber dari aktivitas gunng
berapi disebut gempa vulkanik. Jenis gempa lain yang lebih kecil getarananya
dan lebih kecil kekuatan dibandingkan dengan gempa vulkanik dan tektonik
disebut gempa robohan. Gempa ini terjadi di daerah pegunungkan kapur akibat
pergerakan dan pergeseran lapisan batu kapur. Gerakan dan pergeseran ini
menghasilkan robohan permukaan batu kapur. Gejala ini disebut gempa robohan.
3. Bencana Gunung Berapi
Gunung berapi jika meletus, dapat
mengeluarkan magma yang di dalamnya banyak terlarut gas-gas. Magma yang keluar
dari gunung berapi tersebut melalui lubang vulkanik. Di samping itu jika
kekuatan aliran cukup kuat dan melampaui puncak lubang vulkanik, maka magma
dapat mengalir cukup jauh di permukaan tanah. Magma yang mengalir di atas
permukaan tanah inilah yang disebut lava. Lava berisi bermacam-macam materi dan
partikel yang disebut tephra.
Di samping magma, gunung api yang meletus
juga mengeluarkan debu dan panas. Kerusakan yang timbul akibat letusan gunung
api dapat berasal dari lava yang mengalir, gelombang panas dan debu. Gelombang
panas ini lah yang sering menghasilkan awan panas. Awan panas di lereng merapi
di Daerah Istimewa Yogyakarta disebut wedhus gembel (bahasa jawa yang artinya
domba, karena awan panas yang muncul mirip bentuknya dengan bulu domba).
4. Bencana badai atau Angin Topan
Kondisi geografis wilayah pesisir pantai dan
pulau kecil di Indonesia cukup rentan terhadap bencana badai atau angin topan.
Angin topan dapat mencapai kecepatan 200 km/jam dengan tekanan sampai 200 kg/m2
mampu merobohkan bangunan rumah dan pepohonan.
Beberapa kasus angin topan yang terjadi saat
pergantian musim, atau angin puting beliung di Bengkulu, angin Bohorok di
Sumatera Utara, angin Gending dan Cleret tahun di Jawa Timur dan Lesus di Jawa
Tengah dan sebagainya merupakan beberapa contoh bencana badai atau angin topan.
Kerusakan yang sering menyertai munculnya
bencana badai antara lain banyaknya bangunan perumahan yang roboh, pohon-pohon
tumbang, debu berterbangan yang menganggu kesehatan mata, serta kerusakan lain
yang menyertainya. Bencana semacam ini hampi terjadi setiap tahun saat
pergantian musim.
5. Peristiwa di Bumi yang berkaitan dengan
Gejala Erosi
Berbeda dengan manusia primitif, yang
menghubungkan berbagai bencana tersebut dikaitkan dengan tahayul, dan gejala
mistis, maka saintis memandang gejala alam yang berupa bencana sebagai bagian
dari upaya bumi untuk mendapatkan keseimbangannya.
Misalnya gempa bumi yang terjadi ada
hubungannya dengan pengubahan struktur lapisan bumi. Hal ini didasarkan pada
teori bahwa saat terjadi gempa bumi terjadi pelepasan energi yang luar biasa
besarnya. Pelepasan energi yang besar ini dirasakan sebagai goncangan yang
hebat yang mampu merobahkan bangunan rumah, saran dan prasarana lainnya.
Di balik peristiwa tersebut yang patut
menjadi perhatian adalah apakah kita mampu untuk mengatasi dan mencari
pemecahan terbaik dalam menghadapi gejala yang sama di kemudian hari. Sebagai
gambaran, masyarakat Jepang yang sudah terbiasa menghadapi gejala gempa bumi,
menganggap bahwa gejala tersebut dapat diatasi dengan teknologi. Pandangan
inilah yang mendorong kemajuan di bidang teknologi bagi masyarakat Jepang.
Berbagai bencana di atas sebagian besar
disebabkan oleh gaya yang berasal dari dalam bumi. Di sini peran gaya endogin
dalam merusak sarana prasarana sangat besar, sehingga manusia berusaha
mensiasati dalam perencanaan sarana dan prasarana dengan mempertimbangkan
gejala yang penah dialaminya. Sebaliknya terdapat pula gejala yang disebabkan
oleh gaya eksogen atau gaya yang berasal dari luar bumi, misalnya erosi,
pengendapan, gejala pasang-surut lautan dan sebagainya.
Terkait dengan bencana tersebut Cuvier (1830)
mengungkapkan teori yang disebut Catastropic Theory yakni teori tentang bencana
alam secara rasional. Ia menyatakan bahwa gejala alam yang muncul dengan
tiba-tiba akan menghasilkan bencana.
Lyell (1930) dengan menggunakan pandangan
Hieton menyatakan bahwa peristiwia yang terjadi sekarang atau produk gejala
yang terjadi di bumi sekarang dapat dimanfaatkan untuk menerangkan peristiwa
masa lalu. Dengan demikian masa sekarang sebagai kunci masa lalu.
Pernyataan di atas memberikan wacana bahwa
dengan adanya bencana alam, maka daerah yang banyak muncul gempa bumi perlu ada
pengawasan yang cermat. Tujuannya adalah agar dapat memberikan informasi yang
benar dan akurat dalam rangka menghadapi dan mengantisipasi bencana-bencana
tersebut.
6. Bencana Tanah Longsor
Gejala tanah longsor merupakan pergerakan
tanah dari daerah yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Longsoran yang
berupa gerakan tanah ini disertai dengan campuran batu, kerikil dengan sejumlah
massa tanah umumnya bergerak dari lereng gunung, atau pegunungan yang tanhanya
labil jika terkena air hujan.
Penyebab terjadinya gejala tanah longsor
terutama karena peristiwa alam. Misalnya hujan yang deras pada daerah yang
kondisi topografinya miring kondisi geologinya labil. Kondisi ini menjadi lebih
parah manakala dipicu oleh perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab,
menebangi pohon pelindung tanah di bukit atau puncak gunung atau pegunungan,
membangun rumah di lereng pegunungna yang tanahnya labil, dan melakukan
penimbunan material di lereng atau tebing.
Perilaku yang demikian ini dapat menyebabkan
kemampuan tanah menyerap air berkurang, tanah tebal menjadi lembek. Dengan
kondisi tanah yang tebal dan lembek, batu-batuan yang kurang kuat, maka dengan
adanya hujan yang deras dapat menyebabkan getaran yang berakibat tanah longsor.
Upaya mengatasi yang perlu dilakukan dalam
rangka konservasi lahan dan menangani tanah yang gersang antara lain dengan
menanam kembali tanah yang rusak. Kerusakan tanah akibat eksplorasi mineral
yang tidak memperhatikan lingkungan dapat dihijaukan dengan tanaman-tanaman
penahan angin dan menutup lahan yang gundul. Tujuannya adalah menghindarkan
terjadinya erosi karena air maupun erosi angin.
7. Bencana Kekeringan
Musim kemarau yang panjang, yang dapat
terjadi sepanjang tahun, atau dalam waktu tak menentu akan mengakibatkan
bencana alam kekeringan. Dalam hal demikian ketersediaan air bagi hidup dan
kehidupan sulit diperoleh. Di samping itu berbagai tingkah laku manusia yang
mengekploitasi air secara berlebihan dapat menyebabkan bencana alam kekeringan
menjadi semakin parah.
Jadi bencana alam kekeringan ini dapat
didefinisikan sebagai ketersediaan air tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup
dan kehidupan. Kekeringan yang disebabkan oleh berkurangnya curah hujan disebut
kekeringan meteorologis, sedangkan kekeringan yang disebabkan oleh berkurangnya
sumber daya air disiebut kekeringan hidrologis.
8. Erosi
Erosi banyak disebabkan oleh aliran air,
aliran angin dan cara mengelola lahan yang kurang tepat. Di Indonesia, erosi
banyak terjadi di daerah pantai, di pegunungan dan daerah lain yang pada
umumnya permukakan tanahnya memiliki kemiringan. Erosi karena air dan angin ada
hubungannya dengan kejadian bencana banjir, sehingga erosi merupakan fungsi
dari iklim, tanah, topofrafi, vegetasi dan manusia. Erosi kaitannya dengan
iklim berkaitan erat dengan perubahan musim.
Di Indonesia yang mengeanl musim kemarau dan
hujan, akan memberikan peluang perubahan cuaca yang berubah setiap setengah
tahunan. Masalah banjir berkait erat dengan musim. Banjir yang terjadi di
berbagai daerah umumnya terjadi pada musim penghujan. Curah hujan yang banyak
mengakibatkan air tak dapat ditampung dan akan masuk ke sungai.
Dengan ulah manusia membuang sampah
sembarangan, mengakibatkan saluran tak dapat berfungsi dengan baik sehingga
airnya meluap ke berbagai tempat, muncullah banjir. Aliran air ini akan membawa
partikel atau lapisan tanah dari hulu ke hilir, dan pada hilir sungai muncullah
lapis-lapisan material, tanah yang baru.
Erosi dalam hubungannya dengan tanah, dapat
dijelaskan bahwa ikatan tanah di permukaan tidak terlalu kuat untuk bertahan,
maka lapisan tanah paling atas mudah dibawa oleh aliran air atau aliran angin.
Akibatnya partikel penyusun tanah pada lapisan paling atas merupakan lapisan
yang terbawa oleh aliran angin maupun aliran air.
Daerah terbuka mengakibatkan ikatan tanah
kurang kuat akibatnya bila sewaktu-waktu terjadi aliran angin atau aliran air
maka lapisan tersebut terbawa ke hilir. Kejadian ini berlangsung secara
berulang sehingga di bagian hilir akan terbentuk lapisan tanah yang selalu
tumbuh dari waktu ke waktu. Kejadian inilah yang menimbulkan gejala vegetasi.
Kemiringan tanah bergantung pada kondisi topografi di tempat itu.
Dengan partikel di permukaan tanah yang tak
terikat dengan kuat, maka begitu ada aliran angin atau aliran air memungkinkan
lapisan tersebut mengalami erosi. Keadaan topografi yang miring memungkinkan
mudahnya terjadi erosi. Hal lain yang menyebabkan erosi adalah ulah manusia.
Kebiasaan membuang sampah sembarangan, mengekploitasi sumber daya alam yang tak
memperdulikan lingkungan akan banyak mengakibatkan terjadinya erosi.
Dalam upaya mengatasi erosi ini antara lain,
dilakukan dengan melindungi daerah terbuka dengan menanam tanaman pada setiap
jengkal tanah yang kosong. Tujuannya agar tanah dapat diikat kuat oleh tanaman,
sehingga sewaktu hujan tidak mengalami erosi yang berlebihan. Upaya yang lain
adalah mengurangi kemiringan tanah, agar laju aliran air dapat dihambat.
Mengurangi kemiringan dapat dilakukan dengan
membuat terasteras dengan tanaman sehingga ikatan tanah menjadi lebih kuat
sehingga tak mudah tererosi oleh air maupun angin. Pendidikan lingkungan bagi
warga masyarakat perlu digalakkan. Lewat pendidikan lingkungan yang benar, maka
ekosistem menjadi terjamin kelestariannya, sehingga penghuni alam semesta
menjadi tenang.
9. Bencana Banjir
Banjir pada umumnya disebabkan oleh keadaan
alam, cuaca dan ulah manusia. Pada saat pergantian bulan laut dapat mengalami
gejala pasang. Apabila permukaan pantai rendah memungkinkan air laut ke darat.
Apabila dapat dikendalikan maka dapat bermanfaat bagi manusia, namun bila tak
dapat dikendalikan akan memunculkan banjir di daratan di musim kemarau.
Pemecahan masalah teknis akan melibatkan
penataan lingkungan dan penataan mental manusia. Banjir terjadi di musim
penghujan. Apabila curah hujan tinggi, dapat mengakibatkan air tak tertampung
di saluran irigasi. Di sampng itu banjir juga dapat terjadi akibat munculnya
gejala pasang naik air laut yang secara tak langsung dapat meningkatkan
frekuensi dan intensitas banjir di daratan.
Pertumbuhan hunian di sepanjang daerah aliran
sungai yang tak terkendali juga dapat menjadi penyebab daerah resapan menjadi
berkurang. Kebiasan membuang sampah di saluran air dapat menyebabkan daya
dukung saluran air berkurang sehingga sewaktu hujan muncul banjir.
eklamasi pantai dan rawa-rawa yang terjadi di
kota besar akan berakibat hilangnya daerah pantai dan rawa sebagai daerah
penampung air. Akibatnya aliran air menjadi tak terkendali sehingga muncul banjir.
Demikianlah banjir juga menjadi penyumbang terbesar bagi gejala erosi, sehingga
perlu penanganan yang sebaikbaiknya.
0 Response to "Cara Menangani Limbah dan Bencana Alam "
Posting Komentar