Limbah semakin menjadi masalah
keberlangsungan hidup dan kehidupan manusia di perkotaan ditandai dengan jumlah
populasi manusia, dan sekaligus masing-masing individu menyumbangkan limbah
yang dibuang ke lingkungan. Jumlah limbah yang dibuang ini melebihi kapasitas
alam untuk merombaknya.
Sebagian besar limbah di perkotaan berasal
dari limbah rumah tangga dan industri. Jika setiap orang di kota besar seperti
Jakarta, menghasilkan limbah dalam sehari 1 kg saja maka dalam satu hari tidak
kurang dari 500 ton per hari. Dalam satu bulan menjadi 15000 ton.
Suatu jumlah yang sangat banyak untuk dapat
mengelolanya. Limbah semacam ini berakibat negatif karena:
a.
limbah dapat membahayakan kesehatan manusia.
b.
limbah dapat merusak benda, mengganggu
binatang dan tumbuhan, secara ekonomis merugikan keuangan bila tak dikelola
secara baik.
c.
bila limbah larut dalam air dapat memunahkan
kehidupan dalam air, seperti ikan, binatang lainnya.
d.
Mengganggu keindahan, akibat bau busuk,
kotor, tak teratur dan sebagainya.
Untuk limbah padat di perkotaan antara lain
berupa daun, batang tanaman, kertas, kayu, kain, karet, kulit, plastik, kaca
dan lain-lainnya. Bahan tersebut sebagian dapat dikomposkan dan sebagian yang
lain sulit dikomposkan.
Penanganan limbah pada di perkotaan yang
banyak dijumpai adlah melalui cara pembuangan, pembakaran dan pengomposan.
Pembuangan dan pembakaran ini dapat menimpulkan jenis polusi baru. Bila limbah
larut dalam air akan menjadi limbah cair, sedangkan melalui cara dibakar dapat
menjadikan limbah gas.
Perkembangan teknologi pengolahan bahan
makanan dapat menghasilkan berbagai produk makanan dalam kemasan dari keleng,
plastik dengan berbagai jenisnya, alumunium, kertas, dedaunan dan sebagianya.
Aneka makanan dengan berbagai kemasan diharapkan mampu menarik perhatian
konsumen. Aneka makanan dengan berbagai kemasan diharapkan mampu menarikhatian
konsumen, sehingga bahan makanan tersebut laku jual.
Awalnya kemasan makanan tersebut sebagai
wadah dari produk yang dihasilkan. Namun dalam perkembangannya kemasan bahan
makanan tersebut diarahkan pada daya tarik konsumen, menjaga keamanan bagi
kesehatan, memberikan kemudahan membawa, memudahkan dalam penyimpanan dan
pengangkutan, sebagai sarana untuk memperkenalkan kandungan zat atau nilai gizi
dari makanan tersebut.
Pemakaian kemasan dari gelas, kaleng,
alumunium dan logam lainnya, plastik, kertas dan sebagainya yang saat ini
semakin banyak digunakan, seringkali menimbulkan berbagai masalah. Masalah
tersebut dapat berasal dari bahan pembungkusnya atau kegagalan dalam melakukan
pengemasan. Kejadian yang merugikan konsumen tersebut dapat disebabkan akibat
reaksi kimia, antara bahan makanan dengan kemasan, reaksi kimia antara
lingkungan dengan kemasan, atau proses perkembangbiakan mikro organisme akibat
bahan makanan kontak dengan udara atau proses lainnya.
Kemasan terbuat gelas pada umumnya mampu menyerap
sinar matahari sehingga mengkibatkan perubahan warna pada bahan makanan.
Kemasan kaleng bapat memunculkan reaksi kimia antara udara dengan kaleng, atau
antara kaleng dengan bahan makanan. Kemasan plastik yang memuat vinil klorida
mudah terurai dan bercampur dengan bahan makanan yang dapat berakibat rusaknya
bahan makanan dan berpengaruh pada kesehatan konsumen.
1)
Limbah
Senyawa Air Raksa
Kasus-kasus keracunan pada makanan juga
terjadi akibat bahan makanan tercampur dengan logam air raksa. Mekanisme kejadiannya
terjadi akibat senyawa air raksa larut dalam air lalu masuk melalui rantai
makanan dari mikro organisme ke ikan dan di dalam tubuh ikan inilah senyawa air
raksa terakumulasi. Ikan yang telah mengandung kadar air raksa ini selanjutnya
dinikmati oleh manusia.
Akibatnya tubuh manusia tercemar oleh air
raksa. Akibat yang telah dirasakan oleh warga Jepang dengan kasus minamata.
Kasus lain pencemaran air raksa juga dapat terjadi akibat senyawa air raksa
dipergunakan sebagai pembasmi jamur dalam pembibitan tanaman, lalu senyawa air
raksa tersebut diserap oleh tanaman menjadi kecambah dari bibit. Bibit tersebut
dimakan hewan dan hewan dimakan manusia akibatnya senyawa terakumulasi dalam
tubuh manusia.
Limbah senyawa air raksa merupakan polutan
yang berbahaya bagi hidup dan kehidupan di muka bumi. Limbah ini akan merusak
ekosistem dan lingkungan hidup, bahkan dapat mengakibatkan munculnya berbagai
penyakit. Kasus yang terjadi di Minamata Jepang; kasus di Busang Kalimantan
Timur di Indonesia merupakan salah satu bukti berbahayanya polutan tersebut.
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa toksisitas Hg sangat besar bila
dibandingkan dengan zat anorganik lainnya.
Senyawa air raksa sangat mudah diserap usus.
Proses beredarnya Hg dalam tubuh kita sangat terkait dengan cara mengikat
jaringan protein di usus dan otak, sehingga senyawa Hg sangat berbahaya bagi
kerusakan otak kita. Senyawa air raksa (Hg) diduga dapat mempercepat perubahan
genetik dan selalu berbahaya bagi hidup dan kehidupan manusia.
2)
Limbah Bahan
Makanan Tambahan
Bahan makanan tambahan selain makanan yang
didapat dari lingkungan tempat tinggal kita juga berasal dari bahan kimia.
Bahan makanan tambahan adalah suatu zat atau bahan yang disengaja ditambahkan
saat pembuatan atau mengolah makanan. Tujuannya adalah agar diperoleh
karakteristik tertentu yang menarik selera makan sesuai yang diinginkan.
Berbagai bahan makanan tambahan antara lain
berupa zat pewarna, zat pengawet, pemanis, penyedap rasa atau aroma, bahan
pembentuk serat, anti oksidan untuk mencegah bau tengik, zat anti kempal untuk
mencegah penggumpalan pada bahan tepung, pengaturan ke asaman, bahan pemutih,
bahan perenyah dan pengisi yang membuat makanan renyah dan zat pemantap. Agar
bahan makanan tambahan tersebut aman dikonsumsi perhatikan dengan saksama
kemasan yang digunakan.
Dua ciri pokok yang dapat diacu adalah:
(a) terdaftar
dan diketahui oleh lembaga resmi yang berwenang, misalnya balai penelitian obat
dan makanan (POM) dan kehalalannya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal ini
dapat dilihat pada label dan memuat tanggal kadaluwarsa
(b) Penggunaan
bahan tambahan makanan tidak melebihi batas penggunaan yang ditentukan. Jenis
bahan makanan yang seringkali terdapat pada produk makanan yang beredar di
masyarakat perlu mendapatkan percermatan yang sebaik-baiknya.
Pemakaian zat pewarna pada umumnya bertujuan
untuk memperbaiki tampilan bahan makanan sehingga menarik perhatian pada jenis
makanan maupun minuman yang dijual bebabs. Zat pengawet juga banyak
dipergunakan para produsen makanan yang tujuannya untuk mencegah atau
menghambat tumbuhnya bakteri pada makanan atau minuman. Maksudnya antara lain
pada produk tersebut tidak terjadi pembusukan, pengasaman, kerusakan bahan
makanan atau minuman akibat peruraian bahan kimia dalam makanan.
Pemanis juga seringkali ditambahkan dengan
tujuan untuk mendapatkan rasa manis atau membantu mempertajam penerimaan lidah
manusia saat dimakan atau diminum. Penyedap rasa dan aroma merupakan bahan
untuk mempertegas rasa sehingga manarik minat atau selera makan. Bahan ini juga
dapat menambah aroma makanan serta menambah dorongan untuk memakan atau
meminumnya.
Ada kalanya bahan yang ditambahkan bertujuan
untuk pembentuk serat. Lewat bahan tertentu makanan yang disajikan tampak lebih
berserat sehingga mudah dikunyah dan dirasakan oleh lidah dalam mulut kita.
Tambahan lain yang juga banyak disertakan adalah penambahan zat antioksidan
yang tujuannya agar bahan makanan tidak mudah menjadi tengik.
Antioksidan ini juga bertujuan untuk mencegah
atau menghambat bau atau rasa tengik pada produk tertentu, misalnya minyak
goreng. Bahan anti kempal juga banyak dijumpai pada makanan terbuat dari
tepung. Bahan anti kempal ini dimaksudkan untuk mencegah penggumpalan pada
bahan makanan yang dikemas. Bahan yang berbentuk tepung seringkali mudah
menyerap air sehingga menggumpal dan untuk meniadakan penggumpalan ini dipakai
bahan anti kempal.
Pengaturan keasaman berupa bahan yang
dimanfaatkan untuk menurunkan derajad keasaman dari makanan. Pengasaman ini
dimaksudkan untuk penegas rasa dan aroma serta dapat mencegah mencegah sisa
rasa asam. Sisa rasa asam ini seringkali tidak disukai oleh konsumen. Pada
batas-batas tertentu rasa asam juga dikehendaki oleh konsumen, sehingga perlu
pengaturan tingkat keasamannya.
Pengaturan tingkat keasaman yang bertujuan
untuk mempertahankan derajad keasaman antara lain menggunakan asam sitrat, asam
fosfat pada produk minuman. Penetral digunakan untuk menurunkan derajad
keasaman dari produk makanan dan minuman. Pendapar digunakan untuk membuat
makanan supaya tidak terlalu asam atau terlalu basa. Bahan yang digunakan
antara lain kalsium glukomat.
Pada bahan makanan tertentu seringkali
memanfaatkan bahan pemutih. Pemutih atau pematang adalah bahan tambahan makanan
yang dapat bersifat oksidator sehingga dapat menghilangkan bercak-bercak pada
produk makanan. Pemutih ini juga seringkali
dimanfaatkan untuk meningkatkan daya kembang pada tepung serta mematangkan
tepung dan memperbaiki mutu pemanggangan.
Lewat pemutih juga bertujuan untuk memperbaiki
penampilan bahan makanan yang tersaji, khususnya bahan makanan terbuat dari
tepung. Perenyah dan pengisi merupakan bahan tambahan makanan yang dapat membut
makanan tetap renyah. Bahan perenyah ini pada umumnya ditambahkan pada produk
buah-buahan, acar, asinan dan sebagainya.
Zat pemantap merupakan bahan tambahan makanan
yang dapat mengikat ion logam sehingga memantapkan warna, aroma dan serat
makanan. Uraian di atas di satu sisi produk kimia dapat menarik perhatian mata,
indera pencecap dan keinginan untuk menikmati makanan dengan enak. Keinginan
semacam ini merupakan hal yang lumrah, dan terjadi pada tingkat golongan sosial
budaya manapun juga.
Namun demikian hal yang perlu mendapatkan
perhatian adalah segi-segi yang berkaitan dengan keamanan pangan dan dampak
kesehatan yang seringkali muncul. Di sinilah perlunya perhatian pihak-pihak
yang terkait untuk selalu memperhatikan keamanan pangan bagi warga negaranya.
Dengan keamanan pangan yang memadai maka generasi masa depan dapat diharapkan
tumbuh dan berkembang secara baik.
3)
Limbah
Detergen
Detergen merupakan produk kimia yang
dimanfaatkan sebagai pembersih. Sifat detergen adalah larut dalam air dan mampu
menyusup ke dalam serat pakaian atau serat-serat lain. Proses yang terjadi
dalam serat tersebut selama digunakan adalah mengurangi tegangan permukaan
antara kotoran dengan kain.
Detergen yang menyusup ke dalam kain akan
mengangkat kotoran dari permukaan kain sehingga kemampuan lekat kotoran dalam
pakaian berkurang. Proses pengangkatan ini bergantung pada konsentrasi detergen
dalam air.
Dengan cara membilas melalui air secara
berulang maka kotoran dapat hilang dan kain menjadi bersih. Dalam hubungan ini
pewarna kain secara fisis merupakan zat yang menempel pada kain, sehingga dapat
dianalogikan sebagai pengotor, sehingga bila dicelupkan ke dalam detergen,
seringkali pewarna kain juga ada sebagaian yang dapat larut (luntur) dan
berkurang kecerahannya.
Jadi dengan demikian penggunanan detergen
perlu diatur agar kain tidak segera pudar warnanya atau kain menjadi luntur
warnanya. Berdasarkan jenisnya detergen ini dibedakan menjadi detergen jenis
kationik aktif, anionik aktif dan amphoter.
Jenis detergen kationik aktif adalah suatu
jenis detergen yang aktif adalah katioannya. Anionik aktif adalah jenis
detergen yang aktif adalah anion. Detergen jenis amphoter adalah jenis detergen
netral terhadap air. Sampai saat ini yang banyak beredar di pasaran adalah
jenis anionik aktif, sedang jenis kationik aktif ini karena pemakaiannya
terbatas hanya dimanfaatkan sebagai bahan pencuci hama (disinfectan) dan dimanfaatkan di rumah sakit.
Secara khusus jenis anionik aktif ini banyak
digunakan untuk sarana mencuci di berbagai keperluan rumah tangga di Indonesia.
Jenis ini dijual dalam banyak merk dagang dan mudah didapatkan di berbagai
toko. Detergen jenis kationik aktif banyak dimanfaatkan di kamar bedah atau
ruang lain yang membutuhkannya.
Detergen jenis amphoter jarang ditemuai di
pasaran saat ini karena dianggap kurang aktif, sehingga tak disukai sebagian
konsumen. Dampak negatif pemanfaatan detergen antara lain detergen termasuk zat
kimia yang disukai air, sehingga tanaman enceng gondok sangat subur tumbuh di
rawa atau danau.
4)
Limbah
Pestisida
Pestisida adalah produk kimia yang
dimanfaatkan sebagai pembasmi hama penyakit. Pestisida dibedakan menjadi
kelompok insektisida, herbisida, germisida, fungisida dan lain-lainnya.
Insektisida adalah kelompok pestisida yang dimanfaatkan untuk pembasmi berbagai
jenis insekta yang mengganggu manusia, tumbuhan dan hewan.
Jenis insektisida yang dikenal dengan merk
perfekthion, sevin 50 WP, phosdrin, sumithion 20 EC, dicarbam, sulfacide,
subacin dan sebagainya. Rodentisida digunakan untuk pembasmi binatang (mamalia)
pengerat seperti tikus antara lain pasta fospor, rafiak, racumin, zink
phosphite dan sebagainya. Akarisida adalah dimanfaatkan untuk membasmi tungau
sepertianalix dan perfektion.
Herbisida adalah pembasmi tumbuhan/tanaman
pengganggu. Jenis obat yang beredar semenjak alama antara lain basfapon,
alicep, basanor, 2,4 D, MPCA Acid, CMPP Acid dan sebagainya (umumnya digunakan
petani untuk membasmi jenis tumbuhan/jamur pengganggu), sedangkan germisida
adalah pembasmi germ atau mikroorganisme pengganggu. Termasuk jenis germisida
ini antara lain pirimor, systox, perfektion dan sebagainya.
Fungisida adalah pembasmi jamur yang
menganggu tumbuhan. Tergolong kelompok fungisida ini antara lain polyram M,
kumulus, Liromatin, basfungin dan sebagainya. Seluruh pestisida tersebut di
atas adalah produk kimia yang diproduksi secara sintetik oleh pabrik
pembuatnya. Dalam kenyataannya, pestisida yang ada dapat digolongkan sebagai
pestisida organik dan pestisida anorganik.
Tergolong pestisida organik antara lain DDT
dan senyawa-senyawa hidrocarbon berclor dan senyawa phosphat organik serta
lainnya. Sebaliknya yang tergolong senyawa anorganik antara lain pestisida
garam beracun seperi arsenat, flourida, belerang dan sebagainya.
Di samping itu bila digolongkan kedalam
pestisida sintetik dan non sintetik, maka pestisida tergolong sintetik antara
lain seperti contoh yang diuraikan di bagian atas. Tergolong non sintetik
antara lain pestisida yang bahannya berasal dari tumbuhan, misalnya nikotin
dikenal dengan nicotinoida, pyrethrum dikenal dengan pyrethroida, allethrin
dikenal allethrinoida, retenon dikenal retenoida, dan yang berasal dari minyak
bumi antara lain petrolium oils, coal-tar yang pada umumnya berupa racun
kontak.
5)
Limbah MSG
atau Monosodium Glutamate,
MSG merupakan produk kimia yang biasanya
dimanfaatkan sebagai bahan penyedap makanan. MSG ini dalam bahasa kimia disebut
vetsin, accent, glutaven. Namun dalam merek dagang seringkali dikaitkan dengan
ayinomoto, mi-won dan sebangsanya. Dalam istilah kimia MSG adalah sejenis asam
amino yang salah satu atom hidrogen nya diganti dengan atom natrium, sehingga
dapat dikategorikan sebagai jenis protein.
Jenis MSG ini amat cocok ditambahkan bagi
makanan yang mengandung protein. Contohnya: MSG yang ditambahkan ke dalam
berbagai jenis makanan, misalnya bakso, sup, mie ayam dan sebagainya akan
terasa menjadi semakin sedap. Makanan yang sesuai diberikan MSG pada umumnya
makanan yang memuat protein seperti makanan yang disebutkan di atas. Namun bagi
makanan yang banyak mengandung karbohidrat, pemberian MSG menjadi kurang cocok,
misalnya makanan yang memuat gula seperti sirup, buah-buahan, ketela, kanji dan
sebagainya.
MSG sebagai zat yang berwarna putih berupa
kristal semacam garam dapur. Makanan menjadi terasa merangsang selera manakala
ditambahkan MSG ke dalam makanan tersebut. Pengalaman menunjukkan bahwa
penambahan 0,2% -0,4% dari bobot makanan yang akan dimakan memiliki peningkatan
selera yang lebih baik bila dibandingkan dengan penambahan di atas 5% dari
bobot makaman.
MSG memuat asam glutamae yakni suatu asam
amino yang berperan penting dalam mertabolisme dalam otak dan begian dari
kelompok vitamin asam folat yang seringkali ditambahkan pada berbagai jenis
obat. Asam glutamate ini dapat terbentuk di alam flora dan mengambil fungsi
yang dapat dianggap vital bagi kehidupan manusia.
Senyampang dengan pertumbuhan kegemaran makan
bangsa Indonesia yang telah bergeser pada makanan yang siap saji, maka produk
MSG ini juga semakin besar dan meluas peredarannya. Namun demikian pertanyaan
yang muncul adalah apa sesungguhnya peran MSG dalam kesehatan kita, bagaimana
reaksi dalam tubuh kita dan apa akibat sampingan dari konsumsi MSG tersebut.
Pertanyaan tersebut tentu memerlukan jawaban lewat analisis kimia, khusus bagi
ahli gizi akan berguna dalam pengendalian pemakaiannya.
MSG dibuat dengan proses kimia yang bentuknya
seperti garam. Bila garam diberi rumus dalam ilmu kimia Na Cl dan tergolng zat
anorganik. MSG ditulis dengan rumus ilmu kimia dengan NaOOCH(NH2)CH2 CH2 COOH
yang tegolong pada zat organik. Dilihat dari proses pembuatannya tentu jauh
berbeda dengan produksi garam dapur. Jika pada garam dapur proses penguapan dan
absobsi banyak berperan sedang untuk MSG tidaklah demikian.
MSG merupakan bahan semi sintesis, yang dapat
bersumber dari jagung, kacang, gandum atau tebu selanjutnya dengan proses
fermentasi memakai beberapa mikro organisme yang menghasilkan asam glutamate.
Dengan bahan baku seperti disebutkan di atas produk MSG dapat memilki aroma
yang sedap.
Namun demikian produk limbah yang dihasilkan
yang terbayang adalah bau tak sedap dan menjadi bahan pencemar lingkungan yang
luar biasa jeleknya. Jika bau tersebut tersebar di udara akan menjadi polutan
yang tak nyaman bagi hidung kita, sedangkan bila dialirkan di sungai tentu
membahayakan kehidupan biota air.
0 Response to "Dampak Polusi Terhadap Kesehatan Manusia dan Lingkungan "
Posting Komentar