Daya rerata yang dibawa oleh gelombang bunyi
lewat permukaan sama dengan hasil kali antara intensitas dengan luas bidang
permukaan. Dalam hal tertentu, terkait dengan daerah yang dapat diterima oleh
telinga manusia, ukuran yang banyak digunakan adalah taraf intensitas.
Taraf intensitas adalah logaritma intensitas
bunyi dengan intensitas ambang pendengaran. Secara matematis dinyatakan dengan:
TI = log ( I/Io ) Bel atau
TI = 10 log ( I/Io ) deci Bel; 1 Bel = 10 dB
TI = 10 log ( I/Io ) dB
Io disebut intensitas ambang pendengaran =
10-16 watt/cm2. Satuan watt/cm2 merupakan satuan yang banyak digunakan dalam
akustik dan intensitas terbesar yang masih dapat ditangkap telinga tanpa rasa
sakit adalah 10-4 watt/cm2. Pengukuran taraf intensitas dapat dilakukan dengan
dengan peralatan alat pengukuran taraf intensitas yang dapat ditampilkan sebagai
berikut:
a)
Contoh Pemakaian
Sebuah pesawat Boeing 747 rata-rata
menimbulkan bunyi dengan taraf intensitas 140 dB. Berapakah besarnya taraf
intensitas yang dihasilkan bila 4 pesawat menghasilkan bunyi serentak?
Jawaban : TI = 10 log ( I/Io)
140 = 10 log ( I/Io)
I = 10140 Io
Untuk 3 pesawat bersamaan didapat
I3 = 4 I
I3 = 4 x 10140 Io
TI = 10 log (I3/Io) = 10 log ( 4x 10140
Io)/(Io)
TI = 10 log 4 + 140 = 146 dB
Taraf intensitas sebesar ini telah mengganggu
pendengaran kita, lebih-lebih bila kejadian ini berlangsung secara berulang.
Gejala yang menyertai gelombang bunyi saat pendengar dan sumber bunyi bergerak
disebut efek Doppler. Jika jarak antara sumber dan pendengar berkurang akan
terdengar frekuensi relatif yang lebih tinggi dari yang sesungguhnya.
Sebaliknya bila jaraknya semakin jauh akan
terdengar frekuensi nada yang lebih rendah dari yang sesungguhnya. Kejadian ini
mengakibatkan bunyi yang ditangkap oleh telinga dapat menjadi menyenangkan dan
tidak menyenangkan. Berbagai gangguan bunyi yang tidak menyenangkan antara lain
terjadinya derau (noise) dan kebisingan.
Derau merupakan bunyi yang tidak teratur,
yang bila didengar berkepanjangan akan mengganggu pendengaran. Kebisingan
merupakan gejala pada bunyi yang telah mengganggu, karena telah melebihi amang
batas pendengaran normal. Bunyi yang demikian ini digolongkan sebagai gejala
dissonan, tidak enek didengar bahkan cenderung mengganggu. Sebaliknya musik
yang mengalunkan bunyi teratur, merdu, enak didengar disebut konsonan.
b)
Sumber Kebisingan
Berbagai sumber kebisingan yang mengganggu
lingkungan kerja antara lain kebisingan yang muncul dan terakumulasi dalam hal:
(1) aliran gas
(2) Deru mesin
yang terus menerus
(3) Bunyi
mesin dan knalpot kendaraan bermotor
(4) Kebisingan
angkutan udara
(5) Kebisingan
akibat suara mesin dan laju kereta api.
Kebisingan aliran gas ini dapat terjadi pada
lingkungan mana saja, misalnya laju aliran gas saat kipas angin berputar terus
menerus, lajua alira gas pada sirene, laju gas saat musik yang menggunakan
perubahan tekanan gas, misalnya terompet mulai beralun. Bunyi yang dihasilkan
secara terus menerus oleh aliran gas yang mengalir, lebih-lebih bila aliran
tersebut dihambat akan menghasilkan bunyi yang tidak nayaman. Di sinilah sumber
kebisingan muncul.
Kebisingan deru mesin yang terus menerus baik
dari bunyi mesin kendaraan bermotor, mesin pabrik, mesin kereta api, mesin
pesawat terbang dan sebagainya. Bunyi yang dihasilkan ini ditentukan oleh
berbagai faktor, misalnya tidak seimbangnya bagian-bagian yang berputar dan
menghasilkan bunyi tak teratur atau bunyi teratur yang berlangsung sepanjang
hari, bunyi akibat gesekan dari bagian yang berputar, bunyi dari bantalan poros
atau gir, dan sebagainya.
Sumber bunyi pada mesin ini kadang-kadang
muncul akibat adanya getaran yang diteruskan oleh bgian-bagian mesin namun
suara yang terdengar mengganggu. Pada kendaraan bermotor sumber kebisingan
dapat terjadi saat kendaraan tersebut diperbaiki. Sumber kebisingan dapat
terjadi dari deru mesin dan bunyi yang keluar dari klakson dan knalpot. Pada
kereta api yang sedang berjalan, sumber kebisingan muncul akibat suara mesin
dan gesekan antara rel dengan roda kereta api.
Bunyi peluit lokomotif yang saling bersahutan
juga menjadi sumber kebisingan di laingkungan kantor. Pada pesawat terbang juga
terjadi hal yang serupa. Pada saat pesawat akan mengudara atau mendarat bunyi
mesin terasa sangat mengganggu pendengaran kita. Intensitas yang diterima oleh
telinga kita semakin besar manakala sumber bunyi bekerja secara bersamaan.
Umumnya kejadian ini mengganggu lingkungan, khususnya lingkungan kerja.
c)
Kebisingan Bunyi Alternatif Mengatasinya
Gejala-gejala yang menyertai perambatan
gelombang bunyi adalah gejala interferensi, resonansi, pemantulan, pembiasan
dan absorbsi. Interfrensi adalah gejala perpaduan dua gelombang atau lebih yang
terjadi pada saat dan tempat yang sama. Interferensi dapat berlangsung saling
memperkuat atau saling melemahkan. Pada bunyi interferensi yang semakin kuat
menghasikan bunyi semakin nyaring sebaliknya bila saling melemahkan terdengar
nada semakin lemah.
Resonansi merupakan peristiwa bergetarnya
medium akibat medium lain yang bergetar dengan frekuensi sama atau frekuensi
yang satu merupakan kelipatan bulat dari frekuensi lainnya. Dalam pengukuran
besaran cepat rambat bunyi gejala resonansi biasanya dimanfaatkan sebagai
prinsip untuk menetapkan cepat rambat gelombang bunyi di udara.
Lazimnya gejala resonansi dan interferensi
ini dalam mulut kita berguna untuk menggetarkan selaput getar sehingga
terdengar suara. Gejala resonansi ini selalu diikuti oleh gejala interferensi,
sehingga suara kita menjadi jelas. Kedua gejala ini, yakni gejala interferensi
selalu mengikuti gejala resonansi.
Gejala pantulan menjadi tidak nyaman manakala
bidang pemantulnya tidak rata, sehingga gelombang yang sampai ke bidang ini
mengalami turbulensi. Akhirnya ditangkap oleh telinga menjadi tidak jelas.
Untuk menghindari gejala pantulan bunyi ini diperlukan pengaturan akustik
ruangan. Caranya adalah dengan menyediakan sarana agar energi bunyi dapat
diabsorbsioleh dinding, plafon,lantai dan juga oleh segenap hadirin yang
datang.
Dengan absorbir yang baik ini memungkinkan
bunyi tidak mengalami pantulan berulang sehingga bunyi dapat jelas didengar
oleh telinga dan pada batas-batas nyaman didengar. Pada ruangan yang luas,
gangguan bunyi dapat dihindari dengan penanaman tanaman yang besar-besar
sebagai peredam bunyi.
Gejala yang merugikan juga dapat terjadi bila
bunyi mengalami gejala pembiasan. Gelombang bunyi akan mengalami pembiasan
manakala bidang batas tersebut mampu dilalui oleh gelombang bunyi. Gejala ini
disebabkan perubahan kecepatan dari satu titik ke titik lain akibat perubahan
suhu yang tak merata. Gejala ini tentu tidak nyaman didengar. Cara mengatasinya
adalah menyediakan ruang penyejuk sehingga fluktuasi perubahan suhu dapat
dikendalikan sehingga gejala pembiasan bunyi dapat dikurangi.
Interferensi atau pemesraan selalu terjadi
dalam gelombang bunyi yang merambat dalam ruangan. Gejala ini menjadi merugikan
manakala terjadi gejala interferensi yang saling melemahkan. Misalnya energi
gelombang bunyi yang sampai pada tembok, lalu tembok memantulkan gelombang
bunyi tersebut. Apabila antara gelombang datang dan gelombang pantul ini saling
melemahkan maka bunyi tidak terdengar jelas.
Hal yang tidak nyaman juga dapat terjadi bila
pada gelombang bunyi terjadi interferensi saling memperkuat, karena nada dari
satu sumber dan sumber bunyi berikutnya, mengakibatkan suara dari satu sumber
jelas namun dari sumber lain menjadi tak jelas. Cara meniadakannya dengan
memasang absorber bunyi sehingga bunyi menjadi jelas didengar telinga.
0 Response to "Pengertian dan Cara Mengukur Taraf Intensitas "
Posting Komentar